AWAN terlihat gelap seperti akan turun hujan. Aku duduk di kursi panjang di bawah pohon kapas yang rindang. Kunikmati angin yang berhembus pelan dan perlahan kubuka lembaran surat yang diberikan Satya padaku. Air mataku jatuh ketika membaca bait pertama yang ditulisnya.
‘’Aku merasa sangat beruntung mengenalmu, Gita.’’ Kalimat itu yang ditulisnya. Kulanjutkan lagi membaca surat itu dan kutemukan lagi bait yang indah, bait yang mengingatkanku tentang kejadian saat masih SMP dulu.
Pagi itu aku dan Rena pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku dan di saat itu pula Satya juga berada di sana. Satya adalah kapten tim basket di sekolahku, hanya itu yang ku ketahui tentangnya. Suasana perpustakaan menjadi sedikit tegang ketika terjadi pertengkaran kecil antara aku dan Satya. Pasalnya karena...